Sabtu, 10 Desember 2011

merevisi pembelajaran


Dalam proses pembelajaran  untuk dapat mengetahui apakah  sudah berhasil atau belum akan diadakan sebuah penilaian  mulai dari menetapkan acuan patokan kemudian melaksakan penilaian formatif lalu melakukan tes sumatif dari situ akan kelihatan  apakah proses pembelajaran sudah berhasil atau belum l. Seandainya dari hasil  penilaian yang didapat dinyatakan belum berhasil maka langkah selanjutnya harus diadakan revisi pembelajaran
1.       Hal- hal yang melatarbelakangi kegiatan merevisi pembelajaran:
Kegagalan dalam pelaksanaan pembelajaran atau sustansi bahan pembelajaran dan revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan pembelajaran. 5. Ada 4 macam keterangan pokok yang menjadi sumber dalam melakukan revisi yaitu ciri peserta didik, masukan, tanggapan langsung terhadap pembelajaran termasuk tes sisipan, dan jawaban terhadap kuesionar. 6. Aplikasi revisi pembelajaran dapat diterapkan berdasarkan pada data hasil belajar siswa, revisi pada tujuan pembelajaran, revisi terhadap material pembelajaran, dan revisi terhadap prosedur pembelajaran.
A.      Perkembangan sistim kehidupan
B.      Perkembangan kebutuhan hidup
C.      Pesatnya perkembangan teknologi

2.       Ketika tujuan pelaksanaan pembelajaran dinyatakan tidak berhasil akan diadakan revisi , adapun hal- hal yang perlu direvisi diantaranya adalah:
A.      Revisi terhadap Materi ajar/materi pembelajaran
Materi ajar atau materi pembelajaran (revising instructional materials)setelah melakukan evaluasi data- data tanda yang menunjukkan ketidak berhasilan dikumpulkan ,dianalisis sebagai bahan acuan untuk menentukan  / mengidentifikasi bagian atau porsi dari material pembelajaran yang harus di revisi, materi ajar mungkin saja kurang  relefan dengan kondisi siswa  baik kondisi karakternya atau kebutuhan hidup nya
Terdapat dua tipe revisi yang perlu dipertimbangkan dengan material pembelajaran yang dievaluasi yaitu: 1. Perubahan/revisi yang dibuat terhadap isi atau substansi material agar lebih akurat dan lebih efektif sebagai bahan pembelajaran. 2. Perubahan/revisi yang berhubungan dengan prosedur penggunaan material pembelajaran dilakukan agar konsisten dengan tujuan pembelajaran
B.      Revisi terhadap prosedur atau strategi pembelajaran
. Revisi terhadap prosedur pembelajaran Masalah-masalah prosedural dalam pembelajaran diketahui dengan cara:
 1. Mengetahui apakah semua siswa mengalami rintangan logistik yang diperlukan untuk menggunakan bahan pembelajaran yang ada.
 2. Mengetahui apakah siswa ada kesulitan dalam menerima penjelasang disampaikan dari guru mengenai  materi pembelajaran,
3. mengetahui apakah dengan strategi yang digunakan dapat menarik perhatian siswa,sehingga pusat perhatian anak  terhadap materi yang disakpaikan maksimal, serta sarana yang di ppppergunakan pun sesuai dengan kemajuan jaman,menggunakan IT misalnya
3.       tujuan merevisi pembelajaran
-          untuk memperbaiki  kelemahan dari suatu rancangan bembelajaran
-          untuk menyempurnakan bahan pembelajaran  yang relevan dengan kebutuhan siswa
-          untuk meperbaiki strategi   supaya lebih menarik dan modern
Daftar pustaka
Abdurrahman annahlawi  ,prinsip- prinsip metoda pendidikan islam dalam keluarga , sekolah dan masyarakat , cetakan ke 111 cv .diponegoro bandung,1996.
Rusman, Model-Model Pembelajaran “Mengembangkan Profesionalisme Guru”, Cet ke-IV, PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta, 2001  
Asep Kurniawan, Manajemen Pendidikan Islam, 2001
Bashori Muchsin, Pendidikan Islam Kontemporer, 2009

Jumat, 09 Desember 2011

Mengembangkan butir tes Acuan Patokan


dalam pengukuran proses pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (learned-centered) adalah penilaian yang berpusat pada pebelajar (learner-centered assessment ). Definisi learner-centered assessment sejajar dengan definisi tradisional test acuan patokan, sebagai element inti dari pembelajaran yang didesain secara sistematis.
Pengembangan butir-butir tes berdasarkan acuan patokan digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa telah mencapai tujuan instruksional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan penampilan siswa dalam pengujian dengan patokan yang telah ditentukan sebelumnya. Tes acuan patokan disebut juga tes acuan tujuan.
Bagi seorang perancang pembelajaran harus mengembangkan butir tes acuan patokan, karena hasil tes pengukuran tersebut berguna untuk: (a). mendiagnosis dan menempatkan dalam kurikulum; (b). Men-checking hasil belajar dan kesalahan pengertian sehingga dapat diberikan pembelajaran remedial sebelum pembelajaran dilanjutkan; (c). menjadi dokumen kemajuan belajar.
Dalam mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, Dick and Carrey (1985) merekomendasikan empat macam tes acuan patokan, yaitu:

a. Entry behavior test
Tes ini diberikan kepada pebelajar sebelum memulai pembelajaran. Tes ini berguna untuk mengukur keterampilan syarat atau keterampilan yang harus sudah dikuasai sebelum pembelajaran dimulai. Keterampilan syarat akan muncul di bawah garis entry behavior.

b. Pre-test
Tes ini dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui apakah pebelajar sudah menguasai beberapa atau semua keterampilan yang akan diajarkan. Tujuannya adalah untuk efisiensi. Jika semua keterampilan sudah dikuasai maka tidak perlu ada pembelajaran. Namun jika hanya sebagian materi yang sudah dikuasai maka data tes ini memungkinkan desainer untuk lebih efisien. Mungkin hanya review atau pengingat yang dibutuhkan. Bila program tersebut merupakan sesuatu yang baru, maka tes inipun dapat ditiadakan. Maksud dari pretes ini bukanlah untuk menentukan nilai akhir tetapi lebih mengenal profil anak didik berkenaan.
Biasanya pretest dan entry behavior test dijadikan satu. Hasil dari tes entry behavior dapat digunakan desainer untuk mengetahui apakah pebelajar siap memulai pembelajaran, sedangkan dari hasil pretest, desainer dapat memutuskan apakah pembelajaran akan
menjadi terlalu mudah untuk pebelajar.

c. Practice test
Tes ini diberikan selama siswa sedang dalam proses belajar (Uno, 2007: 28, tes tersebut tes sisipan). Tes ini berfungsi untuk melihat apakah siswa memang telah dapat menangkap apa yang sedang dibicarakan dan juga untuk membuat pebelajar lebih aktif berpartisipasi selama pembelajaran. Tes ini memungkinkan pebelajar untuk menampilkan pengetahuan dan keterampilan baru dan untuk refleksi diri sampai level berapa keterampilan dan pengetahuan mereka. Tes ini berisi keterampilan yang lebih sedikit dan lebih fokus pada materi per pertemuan daripada per unit. Hasil tes ini digunakan instruktur untuk memberikan feedback dan untuk memonitor pembelajaran.

d. Post-test
Tes ini paralel dengan pre-test. Sama dengan pre-test, post-test mengukur tujuan pembelajaran. Post-test harus menilai semua objektif dan terutama fokus pada objektif terakhir. Namun jika waktu tidak memungkinkan, maka hanya tujuan akhir dan keterampilan penting saja yang diujikan.
Post-test mungkin digunakan untuk menilai performa pebelajar dan untuk memberi kredit karena telah menyelesaikan program. Tujuan yang terutama dari tes ini adalah agar desainer dapat mengidentifikasi area pembelajaran yang tidak bisa dilakukan dengan baik. Jika pebelajar gagal dalam tes, desainer harus dapat mengidentifikasi dalam proses pembelajaran yang mana tidak dimengerti oleh siswa. Tes ini merupakan tes acuan patokan yang mencakup pengukuran semua tujuan intruksional khusus yang ada terutama tujuan intruksional yang bersifat terminal. Dengan tes ini dapat diketahui bagian-bagian mana diantara pembelajaran yang belum dicapai. 

Ada empat kategori tes yang berkualitas, yaitu:
a. Berpusat pada Tujuan (Goal-Centered Criteria)
Soal tes dan penugasan harus sesuai dengan tujuan utama pembelajaran

b. Berpusat pada pebelajar (Learner-Centered Criteria)
Tes item dan penilaian tugas harus disesuaikan dengan kharakteristik dan kebutuhan siswa,.

c. Berpusat pada kontek (Context-Centered Criteria)
Dalam membuat tes item dan penilaian tugas, desainer harus mempertimbangkan seting kinerja dan juga lingkungan belajar atau lingkungan kelas. Tes item dan tugas harus realistis atau relevan dengan seting kinerja.

d. Berpusat pada penilaian (Assessment-Centered Criteria)
Siswa akan merasa cemas selama assessment, penyusunan tes item dan penilaian tugas yang baik dapat menghilangkan rasa cemas siswa

5. Setting Penguasaan Kriteria
Terdapat beberapa saran yang dapat membantu anda dalam menentukan berapa banyak tes item pilihan yang diperlukan. Jika tes item memerlukan sebuah format respon yang memungkinkan siswa dapat menebak jawaban dengan benar anda dapat memasukkan beberapa tes item paralel untuk tujuan yang sama jika kemungkinan menebak jawaban yang benar kecil kemungkinan, anda dapat memutuskan satu atau dua item untuk menentukan kemampuan siswa

Daftar Pustaka
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Kuantum Teaching, Jakarta
Rusman, Metode-metode Pembelajaran, rajawali pers, Jakarta.
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasinya, Persada Pers, 2007

Kamis, 08 Desember 2011

Melakukan Penilaian Sumatif

A.       Deskripsi
Dalam proses pembelajaran ada proses kegiatan merancang atau mendesain kemudian melaksanakan dan mengadakan evaluasi,evaluasi atau penilaian ada beberapa tahap dari evaluasi formatif , tengah smester kemudian sumatif
Evaluasi adalah bagian integral dalam proses pembelajaran serta memiliki tujuan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan pembelajaran yang telah di laksanakan,penilaian merupakan serangkaian  kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, menafsirkan data tentang proses dan hasil yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi  informasi  yang bermakna dalam menjalankan keputusan , penilaian sumatif dilakukan setelah melewati beberapa tes formatif , dan tes sumatif dilakukansatu kali dalam satu smester dan fungsinya tidak untuk menilai hasil pembelajaran dalam satu pokok bahasan tapi tes  sumatif  jangkauan penilaiannya lebih luas   dari segi bahan ajar yang telah disampaikan, yaitu materi atau bahan ajar selama satu semester serta mempunyai bobot nilai  sekian kali dari bobot nilai penilaian formatif
.penilaian sumatif bukan lagi menilai  masih dalam proses pembelajaran ibarat seorang istri  sedang memasak sayur  kemusian dalam perjalanan proses memasaknya mencicipi  apakah sukah enak  apa masih ada kekurangan ,dalam kegiatan mencicipi tersebut dinamakan penilaian formatif, tapi kalau penilaian sumatif adalah  seorang suami mencicipi hidangan sayur hasil masak seorang istri  itu disebut penilaian sumatif
Ketentuankeberhasilan  penilaian sumatif diantaranyadalah:
·         Standar patokan nilai kelulusan atau biasa disebut KKM , penilaian sumatif dinyatakan berhasil kalau rata- rata  nilai yang diperoleh diatas  KKM tersebut
·         Ranah yang dinilai bersifat kognitif
·         Jangka waktu penilaian adalah terbatas

B.       Langkah-langkah pelaksanaan
Menyusun kisi-kisi
Dalam menyusun kisi-kisi harus diperhatikan bobot soal yang akan digarap dengan acuan bobot soal yang sulit 30%, sedang 40% dan mudah 30%, dari keseluruhan soal harus mencakup tiga ranah yaitu kognitif, apektif dan psikomotor, adapun prosentasenya kognitif 40%, psikomotor 40% dan apektif 20%.
Waktu pelaksanaan
Dilaksanakan setiap pertengahan tahun dan diakhir tahun ajaran.


C.       Tujuan:

·          Membantu murid-murid secara individu dalam meningkatkan pencapaian.
·          Memberikan gred kepada murid-murid berdasarkan pencapaian yang ditunjukkan dalam peperiksaan yang diadakan.
·         Mengiktiraf kebolehan dan kemahiran yang dimiliki oleh pelajar. Ini berdasarkan skor yang diperolehi oleh pelajar dalam penilaian yang dijalankan.
·         Dijadikan petunjuk dalam memulakan sesuatu kursus baru yang berkaitan.
·         Memperlihatkan peringkat pencapaian yang berbeza mengikut kumpulan.
·         Menentukan angka raport / menentukan angka kenaikan kelas

Daftar Pustaka
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Kuantum Teaching, Jakarta
Rusman, Metode-metode Pembelajaran, rajawali pers, Jakarta.
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasinya, Persada Pers, 2007


Minggu, 06 November 2011

pengembangan strategi intruksional dan pememilihan bahan ajar


 Sebelum beranjak ke pengembangan strategi pembelajaran, kita mundur ke pembahasan fariabel pembelajaran, ada 3 unsur yang harus diperhitungkan pada pembelajaran, yakni :
1.      Kondisi (condition) pembelajaran.
2.     strategi penyampaian (Delivery methods) pembelajaran yang diterapkan .
3.      Hasil (outcome) pembelajaran yang akan dicapai.

Kondisi pembelajaran sangat mempengaruhi pada penentuan delivery methods untuk mencapai keberhasilan pembelajaran.
Untuk mencapai keberhasilan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran menuntut kemampuan guru dalam menganalisis kondisi pembelajaran diantaranya adalah tujuan, kendala sumber belajar dan karakteristik siswa, ketiganya kita kupas lebih dalam adalah :
1.            Tujuan pembelajaran adalah merupakan pernyataan tentang hasil pembelajaran yang menjadi harapan baik yang bersifat umum atau khusus.
2.            Karakteristik sumber belajar dan kendalanya  misalnya keterbatasan sumber, waktu, media, SDM dan dana.
3.            Karakteristik siswa terkait dengan kualitas individu siswa, seperti bakat, motivasi, gaya belajar, pengetahuan awal yang dimilikinya, dan sebagainya.
Berangkat dari paparan diatas, kita bahas tentang strategi pengembangan pembelajaran.
Dalam mengembangkan strategi pembelajaran untuk mengklasifikannya ada 3 fariabel pengklasifikasian:
  • strategi pengorganisasian
  • strategi penyanpaian
  • strategi pengolahan
  1. strategi pengorganisasian adalah suatu cara untuk menata isi suatu bidang studi,kegiatan ini berhubungan dengan tidakan pemilihan isi / materi,penataan isi,pembuatan skema /format.
    Materi yang sama dengan kebutuhan siswa, dan penataannya disesuaikan dengan waktunya dan disajikan dengan penjelasan yang rinci, kemudian dibuatkan bentuk skema untuk dipelajarinya dengan mudah
  2. strategi penyanpaian adalah suatu cara untuk menyampaikan materi pada siswa,atau menerima masukan dari siswa dengan sebuah pemilihan cara yg efektif & efesien.
    Guru dalam menyampaikan materi ajar jangan terkesan monoton, membuat siswa cepat boring, bahkan ngantuk atau tidak memperhatikan apa yang disampaikan guru, kadang-kadang siswa mengalihkan perhatian yang lebih menarik dari pada memperhatikan, tetapi kalau guru dalam menyampaikan materi ajar dengan metode yang memiliki daya tarik yang kuat, gaya yang menyenangkan, inovatif, kreatif akan lebih mudah untuk menarik pusat perhatian siswa pada materi ajar.

  3. strategi pengolahan adalah menata interaksi antara siswa dengan strategi pengorganisasian dan strategi pnyampaian misalnya penjadwalan pnyanpaian atau,pembuatan catatan kemajuan siswa atau motifasi siswa.
    Penjadwalan penyampaian itu sangat penting disesuaikan dengan waktu misalnya materi yang memeras otak diterapkan diawal pelajaran, kemudian disesuaikan juga dengan kondisi kehidupan, kalau kita kaitkan dengan materi pendidikan agama Islam, materi tentang puasa dialokasikan dibulan menjelang puasa, materi haji di bulan haji dan seterusnya. Sehingga antara materi yang sedang dipelajari siswa akan diasosiasikan dengan bentuk materi yang sedang update (materi yang actual)
Dari uraian diatas sangat memudahkan kita memilih bahan ajar dan mengembangkannya, bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa, fasilitas pendukung (sumber belajar, SDM, dana dan tujuan pembelajaran itu sendiri) kemudian disesuaikan dengan kebutuhan, baik kebutuhan kehidupan pribadi atau kebutuhan pangsa pasar juga kebutuhan pemerintah


Daftar Pustaka
Hernawan, A. H. dkk. 2008, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, cetakan kesembilan, Penerbit Universitas Terbuka Depdiknas, Jakarta
Mulyasa, DR. E. 2010. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung, cetakan kesembilan. PT. Remaja Rosdakarya.
Rusman, 2011, Model-Model Pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru, Rajawali Press, Jakarta.

Senin, 31 Oktober 2011

Identifikasi prilaku dan karakteristik awal siswa

Kegiatan menganalisis perilaku dan karakteristik awal siswa dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Konsekuensi dari digunakannya cara ini adalah: titik mulai suatu kegiatan pembelajaran tergantung kepada perilaku awal siswa.
Jadi, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa/peserta didik dan lingkungan adalah bertujuan untuk menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada siswa/peserta didik. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus atau TIK itu.

Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal ( hasil belajar ) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan amat berpengaruh dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa.
Untuk melakukan kegiatan indentifikasi perilaku dan karakteristik awal si belajar, maka kita harus mengetahui sumber yang dapat memberikan informasi kepada pendesain instruksional yang antara lain adalah :
1. Siswa, mahasiswa dan yang lainnya.
2. Orang yang mengetahui kondisi siswa seperti guru atau atasannya.
3. Pengelola program pendidikan yang biasa mengajarakan mata pelajaran.
Dengan demikian pengembang instruksional dapat pula menentukan titik berangkat yang sesuai bagi sibelajar yaitu :
1.    Aspek-aspek analisis pada kegaiatan indentifikasi perilaku dan karakterisitk awal siswa.
Dalam hal ini ada empat aspek kepribadian sibelajar yang tergolong pada kegiatan indentifikasi perilaku dan karakteristik awal sibelajar, yaitu :
a.    Kemampuan Dasar.
b.    Latar belakang pengalaman.
c.    Latar belakang sosial.
d.    Perbedaan individual.

2.    Teknik identifikasi perilaku awal siswa.
Teknik untuk mengidentifikasi perilaku awal siswa adalah dengan menggunakan kuesioner, interviuw, observasi dan tes. Sabjek yang memberikan insformasi diminta untuk mengidentifikasi tingkat pengusaan siswa dalam setiap perilaku khusus melalui skala penilaian, ( rating scales).

3.    Tekhnik identifikasi karakteristik awal siswa.
Tekhnik yang digunakan dalam mengidentifikasi karateristik awal siswa adalah sama dengan tekhnik yang digunkan dalam mengidentifikasi awal siswa, yaitu ; kuesioner, interviu, observasi dan tes. Tujuan untuk mengetahui karakteristik awal siswa adalah untuk mengukur apakah siswa akan mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak ; sampai dimana minat siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari.


DAFTAR PUSTAKA

 Mulyasa, DR. E. 2010. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung, cetakan kesembilan. PT. Remaja Rosdakarya.
Wena, Made, 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. jakarta. Penerbit Bumi Aksara.

Jumat, 28 Oktober 2011

Sampai kapan pendidikan dikatakan berhasil?


Strategi pembelajaran diterapkan dalam rangka  mencapai suatu tujuan pendidikan yang menghasilkan outcome yang memiliki tiga kategori seperti yang disebutkan dalam teori taksonomi bloom yaitu:
1.      tujuan pembelajaran ranah kognitif
2.      tujuan  pembelajaran ranah afektif dan
3.      tujuan ranah psikomotorik (Made wena, )
dari ketiga ranah tujuan pembelajaran tersebutdalam pencapaiannya tidak bias dengan stategi yang sama karenatujuan yang satu dengan yang lain berbeda hasil, antara hasil kognitif,afektif dan psikomotorik itu berbeda bentuk nya maka stetegi pencapaiannya pun berbeda.dalam menentukan stategi penyampaian (delivery strategy),  harus mengacu pada tiga variable strategy pembelajaran yaitu:
organizational strategi, delivery strategy dan management strategy. yang ketiga tiganya harus dikuasai oleh seorang guru .,dan kenyataanny a masa sekarang  sudah terlalu banyak  guru yang memili kemempuan itu , tapi nampak nya sampai detik sekarangpun  belum bias dibuktikan bahwa guru yang hebat dalam tiori pembelajaran mampu dalam mendidik anak bangsa  yang memiliki kecerdasan lengkap yakni kecerdasan IQ, SQ atau EQ, pernyataan ini boleh direnungkan ! 
penulis mempunyai pemikiran / anggapan mungkin keberhasilan pendidikan bukan hanya dibentuk oleh guru yang hebat dalam teoritis, tetapi perlu ada kehebatan yang suci adalah ketakwaannya kepada Allah, artinya Hablum minallah, wa hablum minannasnya baik atau disebut juga guru yang berkarakter muksin. Seperti yang dicontohkan oleh guru di zaman Rasulullah, Sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in dan sampai pada zaman Ulama Khalaf, mereka berhasil dengan gemilang dalam mendidik umat dan yang masih sering diceritakan pada zaman wali songo dalam mendidik umat sangat berhasil.
Intinya, mereka tergolong guru yang mahir mempunyai seni mengajar yang unggul, beriman dan taqwa, ekstremnya tidak seperti guru zaman sekarang, pandai berfikir, berbicara, tetapi tidak pandai bersikap (Uswatun hasanah), jauh dari sebutan guru mukhsin, masih doyan duit Subhat bahkan haram, korupsi waktu, jadi tidak sebanding keberhasilan pembinaan intelektual guru dengan keberhasilan pendidikan masyarakat. Akhirnya muncul orang-orang yang cerdas, pintar, tapi akhlak merosot……
Sampai kapan pendidikan berhasil………..????